Istilah “cacingan” dalam konteks medis sering merujuk pada infeksi cacing parasit yang hidup di saluran pencernaan (terutama usus). Dalam dunia epidemiologi dan kedokteran tropis, istilah yang lebih spesifik adalah soil-transmitted helminth infections (infeksi helminth yang ditularkan lewat tanah).
Cacing-cacing usus utama yang sering menjadi penyebab infeksi adalah:
Infeksi ini sering disebut sebagai penyakit tropis yang terabaikan (neglected tropical disease) karena meskipun berdampak besar, perhatian publik dan penelitian sering kurang dibanding penyakit menular lain.
Bagaimana penularan terjadi?
Untuk bisa berpikir jernih: infeksi cacing usus biasanya melibatkan siklus hidup di mana telur atau larva cacing dilepaskan ke lingkungan (terutama melalui tinja), lalu manusia terpapar melalui:
1. Kontaminasi tanah / lingkungan
Telur cacing dari tinja manusia atau tinja hewan yang terinfeksi bisa masuk ke tanah dan bertahan hidup dalam kondisi lembap dan hangat.
2. Ingesti telur secara tak sengaja
Misalnya saat seseorang makan makanan (sayur, buah) yang belum dicuci bersih atau terkontaminasi tanah yang mengandung telur. Juga bisa dari tangan yang kotor dan kemudian masuk ke mulut (self-inoculation).
3. Penetrasi larva melalui kulit
Untuk cacing tambang (hookworm), larva cacing yang berada di tanah lembap dapat menembus kulit manusia (misalnya kaki yang telanjang saat berjalan di tanah) dan kemudian bermigrasi ke organ dalam hingga akhirnya mencapai usus.
Karena itu, kombinasi faktor seperti sanitasi buruk, kebiasaan berjalan tanpa alas kaki, kurangnya cuci tangan, dan akses air bersih yang terbatas menjadi faktor risiko utama.
Gejala yang mungkin muncul
Contoh migrasi larva (cacing gelang) bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di paru-paru (saat larva lewat fase migrasi)
Dampak jangka panjang & sosial